Pengertian Wawancara dan Narasumber

ASTALOG.COM – Wawancara atau interview merupakan suatu bentuk komunikasi verbal atau percakapan antara 2 orang atau lebih dan berlangsung antara pewawancara dan narasumber. Tujuan dari wawancara itu sendiri adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara akan melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang narasumber. Narasumber adalah orang yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pewawancara atau dengan kata lain, narasumber adalah orang yang diwawancarai. Narasumber bisa juga disebut sebagai informan.

Wawancara yang baik disusun dengan menggunakan metode instrumen penelitian yang lebih sistematis. Dalam wawancara, pertanyaan dan jawaban yang diberikan dilakukan secara verbal. Biasanya komunikasi ini dilakukan dalam keadaan tatap muka, atau jika terpaksa dapat dilakukan melalui telepon. Hubungan dalam wawancara biasanya bersifat sementara, yaitu berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan kemudian diakhiri. Oleh karena itu juga, pewawancara harus dapat menciptakan suasana akrab, sehingga narasumber dapat memberikan keterangan yang kita inginkan dengan penuh kerelaan.

Jenis-jenis Wawancara

 

Dalam melakukan suatu wawancara, pewawancara membutuhkan pedoman atau panduan yang berupa daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber. Jadi hampir sama dengan angket, hanya saja jawaban atas pertanyaan dalam wawancara ditulis sendiri oleh pewawancara sesuai dengan jawaban lisan yang dikemukakan oleh narasumber. Adapun jenis-jenis wawancara tersebut antara lain:

  1. Wawancara oleh tim atau panel, yaitu wawancara yang dilakukan tidak hanya oleh satu orang, tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap seorang yang diwawancarai.
  2. Wawancara terbuka, yaitu jenis wawancara di mana informan mengetahui secara pasti bahwa mereka sedang diwawancarai dan paham akan maksud wawancara tersebut.
  3. Wawancara tertutup, yaitu jenis wawancara yang umumnya narasumber tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa mereka sedang diwawancarai untuk keperluan tertentu. Bentuk seperti ini cenderung akan menyinggung perasaan narasumber, sehingga umumnya dihindari dalam sebuah penelitian.
  4. Wawancara terstruktur, yaitu wawancara dimana pewawancaranya akan menetapkan sendiri permasalahannya dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber. Sebelum diadakan wawancara sudah dibuat daftar pertanyaan yang sangat urut dan terstruktur. Pada jenis wawancara ini, jarang terdapat pertanyaan yang bersifat pendalaman yang dapat mengarahkan narasumber agar jangan sampai mengungkap kebohongan.
  5. Wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara jenis ini tidak disusun terlebih dahulu, dan biasanya pertanyaan ini mengalir begitu saja, mengikuti alur pembicaraan yang telah diciptakan.
  6. Wawancara riwayat secara lisan, yaitu wawancara yang dilakukan terhadap orang-orang yang pernah membuat sejarah atau yang telah membuat karya ilmiah, sosial, pembangunan, perdamaian, dan sebagainya. Maksud wawancara ini untuk mengungkap riwayat hidup, pekerjaan, kesenangan, ketekunan, pergaulan, dan sebagainya.
  7. Wawancara bebas, yaitu wawancara dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada narasumber, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu harus berhubungan dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.
PELAJARI:  Menteri yang Memimpin Departemen

Tahapan Prosedur Wawancara

A. Tahap Persiapan

  1. Menentukan maksud atau tujuan wawancara (topik wawancara).
  2. Menentukan informasi yang akan di kumpulkan atau didata.
  3. Menentukan dan menghubungi narasumber.
  4. Menyusun daftar pertanyaan.
 

B. Tahap Pelaksanaan

  1. Mengucap salam.
  2. Memperkenalkan diri.
  3. Mengutarakan maksud dan tujuan wawancara.
  4. Menyampaikan pertanyaan dengan teratur.
  5. Mencatat dan merekam pokok-pokok wawancara.
  6. Mengakhiri dengan salam dan meminta kesediaan narasumber untuk dapat dihubungi kembali jika ada yang perlu dikonfirmasi atau dilengkapi.

C. Tahap Penyusunan Hasil Wawancara

  1. Tema atau topik wawancara.
  2. Tujuan atau maksud dari wawancara.
  3. Identitas narasumber.
  4. Ringkasan isi wawancara. Isi wawancara dapat ditulis dalam bentuk dialog atau dalam bentuk narasi.

Hal-hal yang Seharusnya Dihindari Saat Proses Wawancara Berlangsung

  • Menyampaikan pertanyaan yang sudah umum atau pasti jawabannya.
  • Menanyakan pertanyaan yang inti jawabannya sama dengan pertanyaan sebelumnya.
  • Meminta narasumber untuk mengulang-ulang jawabannya.
  • Memotong pembicaraan narasumber.
  • Bersikap lebih pandai dari narasumber.
PELAJARI:  Unsur dan Motif Seni Ukir di Kalimantan

Sikap-sikap yang Harus Dimiliki oleh Seorang Pewawancara

  • Netral, artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh narasumber karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari narasumber, baik yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah, artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat dari narasumber.
  • Adil, artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua narasumber dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua narasumber bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan, artinya pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai narasumber merasa sedang dihakimi atau diuji. Jika suasana tegang, narasumber berhak membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.