Gaya Hidup Kebarat-Baratan

ASTALOG.COM – Gaya hidup (lifestyle) adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya, dilansir dari Wikipedia. Istilah gaya hidup pada awalnya dibuat oleh psikolog asal Austria, Alfred Adler, pada tahun 1929. Pengertiannya yang lebih luas, sebagaimana dipahami pada hari ini, mulai digunakan sejak tahun 1961.

Gaya hidup bisa dilihat dari cara berpakaian seseorang, kebiasaannya, dan lain-lain. Gaya hidup bisa dinilai relatif tergantung penilaian dari orang lain. Gaya hidup juga bisa dijadikan contoh, namun juga bisa dijadikan hal tabu.

 

Ada banyak jenis gaya hidup. Salah satunya ialah gaya hidup kebarat-baratan. Hal ini dikenal dengan istilah westernisasi.

Definisi Westernisasi

 

Westernisasi adalah mengadaptasi gaya hidup Barat, meniru-niru, dan mengambil alih cara hidup Barat. Jadi orang yang meniru-niru, mengambil alih tata cara hidup Barat, mengadaptasi gaya hidup Orang Barat itulah yang lazim disebut westernisasi.

Meniru gaya hidup berarti meniru secara berlebihan gaya pakaian orang Barat dengan cara mengikuti mode yang berubah-ubah cepat; meniru cara bicara dan adat sopan santun pergaulan orang Barat dan seringkali ditambah dengan sikap merendahkan bahasa Nasional dan adat sopan santun pergaulan Indonesia; meniru pola-pola bergaul, pola-pola berpesta (merayakan ulang tahun), pola rekreasi, dan kebiasaan minum-minuman keras seperti orang Barat; dan sebagainya.

Orang Indonesia yang berusaha mengadaptasikan suatu gaya hidup kebarat-baratan seperti itulah yang disebut sebagai orang yang condong ke arah westernisasi.

PELAJARI:  Pentingnya Pemahaman Tentang Keberagaman Masyarakat Indonesia

Jadi, westernisasi juga merupakan suatu perbuatan seseorang yang mulai kehilangan jiwa nasionalismenya, yang meniru atau melakukan aktivitas bersifat kebarat-baratan (budaya bangsa lain). Westernisasi sudah berkembang di masyarakat luas. Dan hal ini menuntut kita untuk lebih mewaspadai, manakah yang bisa diterima dan mana yang tidak perlu diikuti.

Sebagai pelajar, kita wajib menyaring gaya hidup bangsa lain yang masuk mempengaruhi bangsa kita, terlebih lagi yang tidak sesuai dengan budaya bangsa timur.

Dampak Positif dan Negatif Westernisasi

Westernisasi memberi dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif contohnya tentang pengaruh budaya lain dalam segi pakaian. Dulu bangsa kita, setiap hari memakai pakaian adat dalam melakukan aktivitas apapun. Kaum wanita di Jawa misalnya, memakai kebaya lengkap, tentu saja membuatnya sangat sulit dalam melakukan aktivitas tertentu. Sehingga dari pengaruh westernisasi inilah, di era baru ini, kita dapat menggunakan pakaian biasa seperti kemeja, celana, rok, dan sebagainya.

Di sisi lain pengaruh westernisasi dari segi pakaian juga membawa dampak negatif. Awalnya bangsa kita selalu berpakaian sopan, selalu berpakaian tertutup, namun kini tidak lagi, karena pengaruh pakaian-pakaian yang tidak sesuai. Generasi muda yang tidak mau menyaring terlebih dahulu seringkali terkena pengaruh buruk fashion bangsa lain. Mereka memakai pakaian yang minimalis, membuka aurat dan sangat tidak sesuai dengan budaya bangsa kita. Inilah yang sering kali menjadi kontroversi.

PELAJARI:  Pakaian Adat Kalimantan Utara

Kemudian dilihat dari segi lain, yaitu bahasa. Benar bahwa Bahasa Inggris adalah bahasa pengantar internasional, sangat perlu bagi kita untuk mempelajari dan menguasai bahasa tersebut. Kita bisa berkomunikasi dengan orang-orang dari negara lain dengan bahasa Inggris. Inilah sisi positif dampak westernisasi dari segi bahasa.

Tetapi apakah anda setuju jika seseorang yang tinggal di Indonesia bisa sangat pandai menggunakan bahasa Inggris namun tidak bisa menggunakan bahasa bangsanya sendiri dengan baik dan benar? Satu contoh, ada satu sekolah yang menggunakan sistem sekolah berbasis internasional, memakai Bahasa Inggris untuk mengantarkan pelajaran di kelas, tetapi ternyata di sekolah tersebut tidak terdapat pelajaran bahasa daerah. Jelas ini sangat merusak generasi muda bangsa kita. Generasi muda adalah penerus bangsa, bangsa kita adalah bhineka tunggal ika, oleh sebab itu harusnya diajarkan bagaimana memupuk rasa nasionalisme, supaya tidak terjadi perpecahan. Hal seperti inipada gilirannya tentu akan memberi dampak negatif.

Dari segi cara hidup. Kita tahu bahwa di negara-negara barat, iklimnya berbeda dari iklim di Indonesia. Negara barat lebih sering berhawa dingin daripada panas. Walaupun di Negara Indonesia juga ada dataran tinggi yang dingin, tetapi secara keseluruhan Indonesia beriklim panas. Kebiasaan Orang Barat adalah menghangatkan tubuh mereka dengan mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol. Orang Indonesia juga berlagak mengikuti kebiasaan orang barat ini, tetapi jika minuman ini dikonsumsi di tempat yang iklimnya panas tidak akan bermanfaat. Hanya untuk mabuk-mabukan dan kesenangan sesaat dan justru merusak tubuh orang yang mengkonsumsi minuman tersebut. Ini juga merupakan dampak negatif masuknya budaya barat ke Indonesia.

PELAJARI:  Lagi "Bagimu Negeri" dikarang Oleh?

Kebiasaan orang barat yang bisa kita tiru adalah kepedulian terhadap sesama. Orang barat diwajibkan membayar uang pajak yang besar dalam satu kurun waktu tertentu. Mereka boleh tidak membayar pajak, dengan alternatif menyumbangkan sebagian pendapatnya untuk orang lain yang kekurangan. Mereka juga malu bila hanya menganggur, jadi semangat kerja mereka pun tinggi. Jika orang Indonesia bisa menirukan kebiasaan ini, tentunya akan jadi sisi positif dari westernisasi.

Banyak dari kita yang terkadang hanya ingin mengikuti perkembangan jaman, tanpa memperhatikan dampak westernisasi itu berbahaya bagi pertahanan negara kita. Westernisasi beresiko melunturkan semangat nasionalisme para pemuda bangsa kita. Cara hidup, cara berpakaian, cara berbicara yang kebarat-baratan, melunturkan semangat cinta akan bangsa dan budaya sendiri.

Kita hidup di Negara Indonesia, alangkah baiknya jika kita hidup sesuai dengan budya bangsa kita sendiri, tidak perlu meniru kebiasaan bangsa lain. Jadi diri sendiri, menunjukan identitas diri sebagai bangsa yang berbudaya. Kita boleh-boleh saja menerima budaya dari luar negeri, tetapi sepatutnya lebih selektif dalam menerima budaya dari bangsa lain, tanpa harus meninggalkan budaya bangsa kita sendiri. Ingat bangsa yang baik adalah bangsa yang mengenal budayanya.