ASTALOG.COM – Apakah kalian suka menulis sebuah cerpen? Apakah kalian pernah bermimpi bahwa cerpen yang telah kalian tulis itu bisa dipentaskan menjadi sebuah drama? Tentu saja ini bukanlah sesuatu yang sulit jika dari awal kalian memang sudah memiliki bakat dalam menulis sebuah cerpen. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sebuah drama yang dipentaskan pastilah membutuhkan sebuah cerita yang menarik dan disenangi oleh penonton.
Cerpen itu tidak lain adalah sebuah cerita pendek yang mengisahkan konflik antara para tokoh, tetapi tidak mengakibatkan perubahan nasib pada tokoh. Sebaliknya drama merupakan komunikasi, situasi, dan aksi yang dapat menimbulkan perhatian, ketegangan, serta kegembiraan pada penontonnya. Untuk lebih detilnya, berikut ini perbedaan antara cerpen dan drama :
- Drama merupakan dialog antar tokoh, sedangkan cerpen merupakan uraian cerita
- Drama menyajikan adegan secara langsung berupa akting, sedangkan cerpen berupa penggambaran
- Drama memiliki unsur tata artistik seperti tata rias, tata busana, tata panggung, sedangkan cerpen hanya berupa penggambaran latar cerita
- Drama dapat dipentaskan, sedangkan cerpen dapat dipentaskan jika diubah menjadi teks drama
Oleh karena itu, jika kalian ingin agar cerpen kalian bisa dibuat menjadi sebuah drama, tentulah kalian harus tahu tentang syarat-syaratnya agar cerpen yang awalnya kalian tulis di sela-sela waktu senggang kalian bisa menjadi sebuah drama yang dikemas dan dipentaskan secara menarik. Berikut ini syarat agar suatu cerpen dapat dipentaskan menjadi sebuah drama :
- Mengubah cara penulisan dimana alinea atau paragraf-paragraf dalam cerpen diubah ke dalam bentuk percakapan atau dialog pada drama
- Pernyataan dengan kalimat langsung dalam cerpen diubah menjadi dilaog dengan menggunakan tanda titik dua (:), kemudian diikuti dialognya
- Keterangan yang bersifat informatif dan naratif di dalam verpen dibuat menjadi keterangan penyerta pelaku dalam naskah drama. Keterangan tersebut ditulis di luar dialog dengan ciri tanda kurung (…)
Setelah mengetahui syarat-syaratnya, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengubah suatu cerita pendek menjadi naskah drama. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1) Membaca dengan seksama cerita yang akan diubah menjadi naskah drama dengan memperhatikan hal-hal berikut :
- Latar cerita (latar waktu, latar tempat, atau latar suasana). Latar yang ditemukan akan diubah menjadi latar dalam naskah drama yang akan dibuat.
- Tokoh-tokoh dan perwatakannya. Tokoh-tokoh yang ditemukan dalam cerita akan menjadi pelaku dalam naskah drama. Contoh: Tokoh Desi : Seorang wanita setengah baya, seorang ibu rumah tangga, emosional, rendah diri, dan sangat mencintai suami serta anak-anaknya
- Teknik menentukan karakter tokoh dalam cerita. Pelukisan tokoh-tokoh cerita dapat dibedakan menjadi 2 teknik, yaitu :
- Teknik analitik : menggambarkan watak/karakter tokoh secara langsung dengan menyebutkan sifat, watak, tingkah laku, dan ciri fisik tokoh
- Teknik dramatik : tidak menggambarkan watak/karakter tokoh secara langsung, melainkan digambarkan melalui percakapan sang tokoh atau tokoh lain, tingkah laku atau perbuatan tokoh yang mencerminkan sifat, pikiran sang tokoh atau tokoh lain, dan tempat atau lingkungan sang tokoh
2) Mencatat dialog atau percakapan yang terdapat dalam cerpen. Contoh :
. . . .
”Maaf, saya sangat menyesal. Lampu itu terjatuh sendiri ketika saya senam pagi . . . .”
Kalimatnya terpotong. Kemudian ia menghambur ke kamar. Ia menunggu suaminya masuk ke kamar.
”Saya menyesal,” kata Desi lagi, mencoba menekan perasaanya sampai wajahnya basah bergetar menahan gejolak. Sesaat keheningan melayang sangat tajam. Kemudian terdengar suara David yang penuh kepercayaan. ”Peristiwa ini tidak usah diributkan, bukan?”
. . . .
3) Mengubah dialog atau percakapan yang terdapat dalam cerpen menjadi dialog atau percakapan dalam naskah drama. Contoh :
Desi : (Masuk ke dalam ruangan dengan mata terbelalak dan napas tertahan) Maaf, saya sangat menyesal. Lampu itu terjatuh sendiri ketika saya senam pagi . . . .
(Kalimat tidak diteruskan. Kemudian, lari ke kamar dan menunggu suaminya masuk ke kamar)
David : (Mengikuti Desi dan duduk di sebelah Desi. Kemudian, berkata dengan penuh kepercayaan) Peristiwa ini tidak usah diributkan, bukan?
4) Mengubah latar cerita menjadi latar pada drama. Contoh:
Setting : Menggambarkan sebuah rumah dalam suasana yang menegangkan. Ada ruang keluarga dan ruang tidur. Di ruang keluarga terdapat sofa dan sebuah meja. David dan anaknya duduk di sofa. David sedang membaca koran.
5) Menulis naskah drama. Rangkaikan tokoh, setting, dan dialog yang telah dibuat menjadi sebuah naskah drama. Agar tidak membingungkan, buatlah terlebih dahulu kerangka cerita. Kerangka cerita tersebut berdasarkan tahapan alur cerita. Adapun tahapan alur cerita adalah sebagai berikut :
- Tahap perkenalan adalah tahap atau bagian yang menceritakan atau membicarakan waktu, tempat terjadinya cerita, dan tokoh dalam drama. Tahap perkenalan merupakan awal cerita drama.
- Tahap pertikaian adalah tahap mulai terjadinya pertikaian atau konflik antar tokoh dalam drama.
- Tahap klimaks adalah tahap meruncing atau memuncaknya pertikaian atau perselisihan dalam drama oleh para pelaku.
- Tahap peleraian adalah munculnya peristiwa atau kejadian yang memecahkan persoalan yang dihadapi oleh para pelaku.
- Tahap penyelesaian adalah bagian yang memperlihatkan tokoh utama menyelesaikan persoalan. Tahap penyelesaian dapat menyenangkan dapat pula menyedihkan. Jangan lupa berikan judul pada naskah drama tersebut. Judul naskah drama bisa sama dengan judul cerpen yang telah kamu buat.