Mengapa Perdagangan Lewat Jalur Perairan Lebih Populer Daripada Darat

ASTALOG.COM – Jalur atau rute perdagangan adalah jaringan logistik yang diidentifikasi sebagai rangkaian jalur dan perhentian yang digunakan untuk angkutan kargo komersial. Hal ini memungkinkan barang untuk dapat menjangkau pasar yang jauh. Sebuah jalur perdagangan mencakup jalan arteri jarak jauh, yang selanjutnya dapat terhubung ke jaringan rute transportasi komersial dan non-komersial yang lebih kecil.

Dalam zaman modern, kegiatan komersial bergeser dari rute perdagangan utama Dunia Lama ke rute baru antara negara-negara yang modern. Kegiatan ini kadang-kadang dilakukan tanpa perlindungan tradisional perdagangan dan perjanjian internasional perdagangan bebas, yang memungkinkan barang-barang komersial untuk menyeberangi perbatasan dengan pembatasan yang longgar. Transportasi inovatif zaman modern meliputi transportasi pipa dan perdagangan relatif terkenal yang melibatkan rute rel, mobil, dan penerbangan kargo, seperti dilansir dari Wikipedia.

 

Mengapa Perdagangan Lewat Jalur Perairan Lebih Populer Daripada Darat?

Jalur perdagangan melalui perairan diakui lebih efektif. Mereka bisa singgah di pelabuhan, lalu menawarkan dagangannya. Jalur perairan juga dinilai lebih cepat dan dapat mengangkut lebih banyak muatan seperti rempah-rempah dan barang-barang dagangan lainnya. Sedangkan jika lewat jalur darat, akan memakan waktu yg lama dan tidak dapat membawa muatan terlalu banyak. Faktor alam juga dinilai berpengaruh.

PELAJARI:  Proses Terjadinya Hujan Asam Dan Akibat Yang Di Timbulkan
 

Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Jalur Perdagangan

Pusat-pusat integrasi Nusantara berlangsung melalui penguasaan laut. Pusat-pusat integrasi itu selanjutnya ditentukan oleh keahlian dan kepedulian terhadap laut, sehingga terjadi perkembangan baru, setidaknya dalam dua hal, yaitu pertumbuhan jalur perdagangan yang melewati lokasi-lokasi strategis di pinggir pantai, kemampuan mengendalikan (kontrol) politik dan militer para penguasa tradisional (raja-raja) dalam menguasai jalurutama dan pusat-pusat perdagangan di Nusantara.

Jadi, prasyarat untuk dapat menguasai jalur dan pusat perdagangan ditentukan oleh dua hal penting yaitu perhatian atau cara pandang dan kemampuan menguasai lautan.

Jalur-jalur perdagangan yang berkembang di Nusantara sangat ditentukan oleh kepentingan ekonomi pada saat itu dan perkembangan rute perdagangan dalam setiap masa yang berbeda-beda. Jika pada masa praaksara hegemoni budaya dominan datang dari pendukung budaya Austronesia dari Asia Tenggara Daratan.

Pada masa perkembangan Hindhu-Buddha di Nusantara terdapat dua kekuatan peradaban besar, yaitu Cina di utara dan India di bagian barat daya. Keduanya merupakan dua kekuatan super power pada masanya dan pengaruhnya amat besar terhadap penduduk di Kepulauan Indonesia. Bagaimanapun, peralihan rute perdagangan dunia ini telah membawa berkah tersendiri bagi masyarakat dan suku bangsa di Nusantara. Mereka secara langsung terintegrasikan ke dalam jalinan perdagangan dunia pada masa itu. Selat Malaka menjadi penting sebagai pintu gerbang yang menghubungkan antara pedagang-pedagang Cina dan pedagang-pedagang India.

PELAJARI:  Pulau Seribu Termasuk dalam Wilayah Propinsi?

Pada masa itu Selat Malaka merupakan jalur penting dalam pelayaran dan perdagangan bagi pedagang yang melintasi bandar-bandar penting di sekitar Samudra Indonesia dan Teluk Persia. Selat itu merupakan jalan laut yang menghubungkan Arab dan India di sebelah barat laut Nusantara, dan dengan Cina di sebelah timur laut Nusantara. Jalur ini merupakan pintu gerbang pelayaran yang dikenal dengan nama “jalur sutra”. Penamaan ini digunakan sejak abad ke-1 hingga ke-16 M, dengan komoditas kain sutera yang dibawa dari Cina untuk diperdagangkan di wilayah lain. Ramainya rute pelayaran ini mendorong timbulnya bandar-bandar penting di sekitar jalur, antara lain Samudra Pasai, Malaka, dan Kota Cina (Sumatra Utara sekarang).

PELAJARI:  Ciri-ciri Jaringan Kolenkim

Kehidupan penduduk di sepanjang Selat Malaka menjadi lebih sejahtera oleh proses integrasi perdagangan dunia yang melalui jalur laut tersebut. Mereka menjadi lebih terbuka secara sosial ekonomi untuk menjalin hubungan niaga dengan pedagangpedagang asing yang melewati jalur itu. Di samping itu, masyarakat setempat juga semakin terbuka oleh pengaruh-pengaruh budaya luar. Kebudayaan India dan Cina ketika itu jelas sangat berpengaruh terhadap masyarakat di sekitar Selat Malaka. Bahkan sampai saat ini pengaruh budaya terutama India masih dapat kita jumpai pada masyarakat sekitar Selat Malaka.

Di samping kian terbukanya jalur niaga Selat Malaka dengan perdagangan dunia internasional, jaringan perdagangan antarbangsa dan penduduk di Kepulauan Indonesia juga berkembang pesat selama masa Hindhu-Buddha. Jaringan dagang dan jaringan budaya antarkepulauan di Indonesia itu terutama terhubungkan oleh jaringan laut Jawa hingga kepulauan Maluku. Mereka secara tidak langsung juga terintegrasikan dengan jaringan ekonomi dunia yang berpusat di sekitar selat Malaka, dan sebagian di pantai barat Sumatra seperti Barus. Komoditas penting yang menjadi barang perdagangan pada saat itu adalah rempah-rempah, seperti kayu manis, cengkih, dan pala.