ASTALOG.COM – Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar (Tarih) bin Tahur bin Saruj bin Rau’ bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh As.
Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama “Faddam A’ram” dalam kerajaan “Babylon” yang pd waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama “Namrud bin Kan’aan.” Kerajaan Babylon pd masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang mahupun pandangan serta saranan-saranan yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mereka. Akan tetapi tingkatan hidup rohani mereka masih berada di tingkat jahiliyah.
Ibrahim mulai berpikir mencari Tuhan yang sebenarnya. Ketika malam telah gelap, dia melihat bintang. Dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Namun tatkala bintang tersebut tenggelam, dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang tenggelam.”
Ketika melihat bulan, dia berkata, “Inilah Tuhanku. Cahayanya lebih indah dan lebih besar.” Malam kembali berlalu. Bulan itu pun hilang. Ibrahim berkata, “Sesungguhnya, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat.”
Kemudian, tatkala melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar.” Tatkala matahari itu terbenam, Ibrahim kembali kecewa. Setelah beberapa waktu kemudian, Ibrahim mendapatkan petunjuk dari Allah bahwa Allah adalah tuhan yang selama ini ia cari
Ibrahim berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”
Sejarah dan kisah Nabi Ibrahim AS
Ibrahim telah menemukan Tuhannya. Kini, ia berencana untuk menghancurkan berhala-berhala. la ingin membuktikan bahwa berhala-berhala itu tidak pantas untuk disembah.
Akhirnya, Ibrahim mendapatkan kesempatan itu. Suatu ketika, Ibrahim mengetahui bahwa Namrud dan pengikutnya sedang melaksanakan upacara keagamaan di luar kota. la masuk ke gedung tempat penyimpanan berhala-berhala sambil membawa sebuah kapak besar.
Ibrahim menghancurkan semua berhala tersebut, kecuali satu yang paling besar. Lalu, ia mengalungkan kapaknya ke leher patung besar itu.
Ketika Namrud dan pengikutnya kembali, mereka langsung menuju tempat pemujaan. Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat bahwa berhala-berhalanya telah hancur. Namrud sangat marah dan berteriak, “Siapa yang telah melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kita, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim
Seorang di antara mereka berkata, “Kami dengar ada seorang pemuda bernama Ibrahim yang mencela berhala-berhala ini.”
Namrud sangat marah. la berkata kepada pasukan kerajaan, “Bawa pemuda itu dengan cara yang dapat dilihat banyak orang agar mereka dapat menyaksikan.”
Pasukan kerajaan mencari Ibrahim. Mereka akhirnya menemukan dan membawanya menghadap Namrud.Ibrahim dibawa ke pengadilan. Sidang itu dilakukan secara terbuka. Semua orang dapat menyaksikan jalannya persidangan.
Namrud bertanya kepada Ibrahim,”Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?”
Ibrahim menjawab dengan tenang, “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya. Tanyalah kepadanya jika ia dapat berbicara.”
Kisah Nabi Ibrahim Mencari Tuhan
Mendengar jawaban Ibrahim, Namrud marah dan tersinggung. la berkata kepada Ibrahim dengan nada tinggi, “Bagaimana mungkin kami bertanya kepada berhala itu. la tidak dapat berbicara!”
Ibrahim berkata, “Maka, mengapa kalian menyembah berhala yang bisu dan tidak dapat memberikan sesuatu apa pun?”
Mendengar perkataan Ibrahim, Namrud dan semua orang yang menyaksikan terdiam. Mereka merasa terpojok. Namrud segera memerintahkan prajuritnya untuk menghukum Ibrahim dengan cara dibakar.
Para prajurit itu segera menempatkan Ibrahim di tempat pembakaran. Namrud memerintahkan prajuritnya untuk menyulutkan api. la berkata, “Bakarlah dia dan bantulah (oleh) tuhan karnu jika kamu benar-benar hendak bertindak.” Namun, Allah tidak membiarkan Ibrahim terbakar. Allah berfirman, “Hai api, dinginlah, dan selamatkanlah Ibrahim.”
Dengan izin Allah, api tersebut menjadi dingin. Ibrahim tidak merasakan panas. Itulah mukjizat yang diberikan Allah kepada Ibrahim.
Peristiwa luar biasa itu terus menjadi pembicaraan rakyat Babylon. Sebagian dari mereka mengikuti ajaran yang dibawa Ibrahim. Sebagian yang lain tidak menyukainya. Ibrahim mendapat tekanan. Akhirnya, Ibrahim dan pengikutnya pindah ke Mesir.
Di Mesir, Ibrahim menikah dengar Sarah. Beberapa tahun kemudian, Ibrahim, Sarah, dan pembantunya yang bernama Hajar pindah ke Palestina dan kembali berdakwah.