Dampak Radiasi Nuklir pada Organ

ASTALOG.COM – Dalam dosis rendah, radioaktif jauh lebih berguna daripada merugikan. Ia dapat mengobati kanker karena sel-sel kanker lebih rentan terhadap radiasi dibandingkan sel-sel normal. Ia juga dapat mengetahui isi tubuh manusia karena radiasi sinar X menembus tubuh dan menghasilkan citra rontgen. Dokter tidak perlu membedah pasien untuk tahu bagian dalam tubuhnya.

Sekarang, menurut Faktailmiah.com, untuk mencegah seseorang mengalami gangguan kesehatan, diperlukan sebuah ukuran yang menentukan dosis aman radiasi sinar X dari bahan radioaktif. Satuan ukur radioaktivitas yang menyatakan laju disintegrasi radioaktif adalah milibecquerel (mBq). 1 mBq setara dengan kuantitas unsur radioaktif dimana ada satu disintegrasi setiap seribu detik.

 

Cedera Organ

Karena radioaktif mempengaruhi sel dan sel menyusun jaringan dan pada gilirannya jaringan menyusun organ tubuh, maka tidak dapat dihindari kalau dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan pula pada level organ. Kulit merupakan organ terluar manusia dan karenanya paling langsung menerima cedera radiasi. Reaksi terawal kulit adalah pemerahan (eritema) di daerah yang terkena radiasi, yang muncul dalam beberapa jam setelah terkena dosis minimal 6 Gy. Reaksi ini berlangsung beberapa jam dan kemudian dalam dua atau empat minggu kemudian pemerahan menjadi lebih parah karena semakin dalam dan berkepanjangan. Dosis yang lebih besar dapat menyebabkan pemerahan yang lebih cepat bahkan luka bakar di kulit dan gugurnya rambut diikuti warna kulit yang tidak normal beberapa bulan atau tahun kemudian.

PELAJARI:  Apa Penyebab Bau Mulut?
 

Mata juga termasuk organ luar yang mendapat radiasi langsung. Lensa mata dapat menjadi keruh dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan kebutaan. Efek ini baru terdeteksi beberapa bulan setelah paparan. Pada tahun 1940an, para fisikawan yang bekerja di siklotron menyadari kalau mereka mendapatkan katarak sebagai hasil radiasi neutron saat mereka bekerja. Dosis 5 Sv pada mata dalam satu paparan dapat menyebabkan katarak dan bila dosisnya kecil, 14 Sv yang menumpuk dapat menyebabkan katarak dalam beberapa bulan.

Organ lainnya juga dapat mengalami gangguannya masing-masing. Tanda dan gejala dari iradiasi intensif pada sumsum tulang atau saluran pencernaan menyebabkan penyakit radiasi atau sindrom radiasi akut. Gejala awalnya adalah hilang nafsu makan, nausea dan muntah dalam beberapa jam setelah iradiasi, kemudian seolah sembuh dalam beberapa hari lalu terjadi fase utama penyakit yang dapat menyebabkan kematian.

Dalam jangkauan dosis 1,5 hingga 5,0 Gy, manusia masih mungkin untuk bertahan hidup dicirikan dengan gejala penyakit radiasi yang lebih ringan dan jangkanya lebih lama. Nausea, muntah dan demam dapat berlangsung pada hari pertama lalu lenyap. Anemia dan leukopenia terjadi secara bertahap. Setelah tiga minggu, pendarahan internal dapat terjadi pada hampir semua bagian tubuh, khususnya di selabut lendir. Kerentanan infeksi tetap tinggi dan sebagian rambut rontok. Demam dapat bertahan berminggu-minggu sebelum fase kritis yang memutuskan apakah anda akan sembuh ataukah mati.

PELAJARI:  Efek dari Zat Karsinogen

Kanker yang terjadi umumnya pada payudara perempuan yang keparahannya tergantung dosis tapi tidak tergantung pada paparan (besar dan sebentar atau sedikit tetapi lama). Kerentanan menurun seiring usia wanita sehingga yang muda lebih mudah terkena. Kanker payudara yang terjadi pada semua usia dirata-ratakan memberi nilai tiga hingga enam kasus per 10 ribu wanita per siever per tahun.

Tumor tiroid adalah kanker yang paling mudah menyerang karena dosis penginduksinya cukup 0,06 – 2 Gy. Leukemia anak dapat terjadi dengan dosis yang lebih rendah lagi, yaitu 10-50 mGy dan resikonya menjadi 10-50 persen lebih tinggi pada janin dalam kandungan.

Jenis kanker lainnya yang dapat terjadi karena radiasi nuklir masih banyak namun para ilmuan belum menentukan dosis khusus dan kemungkinan kasus terjadi.

Jaringan janin semuanya terdiri dari sel-sel yang aktif membelah, sehingga sangat sensitif dengan radiasi. Tipe kerusakan tergantung pada tahapan perkembangan janin. Sebagai contoh, ketika paparan terjadi saat organ tertentu terbentuk, malformasi organ dapat terjadi. Paparan pada masa awal janin dapat membunuh janin sementara pada janin lebih tua, menyebabkan janin tumbuh secara tidak normal.

PELAJARI:  Tumbuhan Stroberi Berkembang Biak Dengan?

Percobaan pada tikus menunjukkan ketidaknormalan janin yang lahir kebanyakan terjadi pada sistem syaraf, seperti pengecilan otak (mikrocephali), pembesaran kepala karena cairan berlebih (hidrocephali) dan kegagalan mata untuk berkembang (anophthalmia). Dampak tersebut terjadi karena dosis 1-2 Gy yang terjadi pada tahap perkembangan janin yang sesuai. Ketidaknormalan fungsional yang terjadi sejak bayi dapat berupa refleks tak normal, kegelisahan dan hiperaktivitas, idiot dan kerentanan kejang akibat terpicu sesuatu dari luar tubuh. Ketidaknormalan lainnya mirip dengan ketidaknormalan yang disebabkan infeksi virus, narkotika, pestisida dan mutagen.

Secara normal, bayi yang lahir dengan gangguan syaraf adalah 1-2 persen di masyarakat, namun pada anak yang lahir dari wanita yang tinggal dan hamil di Hiroshima dan Nagasaki saat bom atom ternyata lebih tinggi. Insiden kepala kecil dan keterbelakangan mental pada anak meningkat 40 persen daripada normal per Gy yang terjadi antara 8 hingga 15 minggu periode menyusui.