ASTALOG.COM – Bagi Anda yang pernah di-rontgen, radiasi yang digunakan untuk mencitrakan bagian dalam tubuh anda adalah sinar yang sama dengan radiasi yang dikhawatirkan masyarakat Jepang dari PLTN. Ia adalah sinar X. Radiasi dari bahan radioaktif yang berhubungan dengan sinar X tidak disadari sebelumnya. Tahun 1906, Henri Becquerel, fisikawan Perancis yang menemukan radioaktivitas secara tidak sengaja membakar dirinya sendiri karena membawa bahan radioaktif di dalam sakunya. Menyadari hal ini, Pierre Curie, salah seorang penemu radium, juga memiliki luka bakar yang sama. Sejak sekitar 1925, sejumlah wanita yang bekerja sebagai tukang cat berpendar yang mengadung radium untuk mengecat jam dan bandul mengalami anemia dan lesi di tulang rahang dan mulut. Beberapa diantaranya juga menderita kanker tulang.
Cedera akibat Radiasi Nuklir
Semua jenis mahluk hidup dapat terbunuh oleh radiasi bila mendapatkan dosis yang cukup tinggi, namun dosis mematikan tergantung pada spesiesnya. Mamalia dapat terbunuh dengan dosis kurang dari 10 Gy, namun lalat buah dapat bertahan hingga 1000 Gy. Banyak bakteri dan virus dapat bertahan hidup pada dosis yang lebih tinggi lagi. Manusia tergolong mamalia dan termasuk golongan mahluk hidup yang paling sensitif radiasi. Tapi kembali, dosis mematikan tergantung pada organ yang terkena, dosisnya dan kondisi pada saat terpaparkan, seperti dilansir dari laman Faktailmiah.com.
Dampak utama ada pada sel. Setiap saat, sel manusia berada dalam salah satu dari dua kondisi: sedang membelah (seperti sel kanker) atau sedang tidak membelah. Sel yang sedang membelah adalah yang paling sensitif. Dosis 1-2 Sv cukup untuk membunuh rata-rata sel yang sedang membelah, sementara yang tidak sedang membelah biasanya dapat bertahan pada dosis yang lebih besar lagi tanpa menunjukkan tanda cedera. Sel ini pada gilirannya juga akan membelah dan pada saat itu mereka dapat mati karena tumpukan radiasi yang diterima sebelumnya di gen atau kromosomnya.
Cedera Gen
Radiasi meningkatkan laju mutasi dan kapasitas ini disebut dosis penggandaan laju mutasi, yaitu dosis yang menghasilkan laju mutasi tambahan dari mutasi normal yang terjadi spontan tiap generasi. Semakin sensitif sebuah gen pada radiasi, semakin rendah dosis penggandanya. Dosis pengganda untuk paparan intensitas tinggi pada berbagai organisme yang ditemukan mati dalam eksperimen berada dalam kisaran 0,3 hingga 1,5 Gy. Untuk tujuh gen khusus pada tikus, dosis pengganda radiasi gamma untuk spermatogonia sekitar 0,3 Gy untuk paparan intensitas tinggi dan sekitar 1 Gy untuk paparan rendah. Masih sedikit yang diketahui mengenai dosis pengganda pada gen manusia namun sebagian besar ahli genetika berasumsi kalau dosis penggandanya sama dengan tikus. Studi pada anak-anak yang bertahan dari bom atom sesuai dengan asumsi ini.
Dari hasil eksperimen dengan tikus dan hewan lab lainnya, dosis yang diperlukan untuk menggandakan laju mutasi manusia diperkirakan berkisar antara 0,2 – 2,5 Sv, yang menunjukkan kalau kurang dari 1 persen dari semua penyakit genetik dalam populasi manusia disebabkan oleh radiasi normal. Walaupun iradiasi alamiah tampaknya hanya sedikit menyumbang bagi penyakit genetik di populasi manusia, jutaan individu dapat terpengaruh dalam tiap generasi.
Cedera Kromosom
Pengaruh pada kromosom manusia terjadi pada pemutusan serabut kromosom. Kromosom berbentuk X sehingga lengan-lengannya dapat putus. Secara alamiah, lengan-lengan ini dapat menyatu kembali. Bila hanya satu kromosom yang putus, penyatuan kembali dapat dinilai aman. Tapi bila serentak beberapa kromosom yang putus, tangan-tangan kromosom dapat salah menyatu. Tangan dari kromosom A dapat justru menyambung dengan tangan dari kromosom B. Proses ini disebut translokasi. Bila sel yang kromosomnya rusak oleh proses ini adalah sel kelamin (zigot) maka keturunannya akan mengalami kehilangan banyak komponen klorofil normal dan zigot tidak mampu berkembang penuh. Individu yang terpengaruhi hal ini disebut semisteril (setengah mandul). Karena jumlah keturunan yang dapat dihasilkan lebih rendah dari normal, maka perubahan struktural kromosom ini cenderung mati dalam beberapa generasi. Peristiwa ini dapat disebabkan oleh dosis tinggi sinar X dan sinar gamma dari radiasi nuklir.
sehingga sangat sensitif dengan radiasi. Tipe kerusakan tergantung pada tahapan perkembangan janin. Sebagai contoh, ketika paparan terjadi saat organ tertentu terbentuk, malformasi organ dapat terjadi. Paparan pada masa awal janin dapat membunuh janin sementara pada janin lebih tua, menyebabkan janin tumbuh secara tidak normal.
Percobaan pada tikus menunjukkan ketidaknormalan janin yang lahir kebanyakan terjadi pada sistem syaraf, seperti pengecilan otak (mikrocephali), pembesaran kepala karena cairan berlebih (hidrocephali) dan kegagalan mata untuk berkembang (anophthalmia). Dampak tersebut terjadi karena dosis 1-2 Gy yang terjadi pada tahap perkembangan janin yang sesuai. Ketidaknormalan fungsional yang terjadi sejak bayi dapat berupa refleks tak normal, kegelisahan dan hiperaktivitas, idiot dan kerentanan kejang akibat terpicu sesuatu dari luar tubuh. Ketidaknormalan lainnya mirip dengan ketidaknormalan yang disebabkan infeksi virus, narkotika, pestisida dan mutagen.
Secara normal, bayi yang lahir dengan gangguan syaraf adalah 1-2 persen di masyarakat, namun pada anak yang lahir dari wanita yang tinggal dan hamil di Hiroshima dan Nagasaki saat bom atom ternyata lebih tinggi. Insiden kepala kecil dan keterbelakangan mental pada anak meningkat 40 persen daripada normal per Gy yang terjadi antara 8 hingga 15 minggu periode menyusui.