Diorama di Dalam Monas

ASTALOG.COM – Museum Sejarah Nasional yang terdapat di dalam Tugu Monas merupakan sebuah ruangan dengan kapasitas hingga 500 orang. Di dalam ruangan dengan luas 80 meter x 80 meter ini terdapat berbagai macam diorama dengan total 51 diorama (48 di setiap sisi dan 3 di tengah). Diorama-diorama tersebut menampilkan serta menceritakan mengenai sejarah Indonesia sejak zaman pra sejarah hingga masa orde baru, seperti dilansir dari laman Nnoart.com.

Menurut Dapur-uang.com, diorama adalah sejenis benda miniatur tiga dimensi untuk menggambarkan suatu pemandangan atau suatu adegan. Asal usul diorama adalah dekorasi teater di Eropa dan Amerika pada abad ke-19.

 

Untuk dapat mengikuti alur cerita dari diorama tersebut, maka mulailah dengan melihatnya dari sudut timur laut, setelah itu bergerak searah jarum jam, mulai dari masa pra sejarah, masa kerajaan-kerajaan (Majapahit dan Sriwijaya), masa penjajahan oleh bangsa Eropa hingga masa perlawanan melawan penjajah, hingga berakhir pada kisah sejarah Indonesia pada masa Orde Baru.

Diorama pada masing-masing sisi menceritakan sejarah Indonesia pada rentang waktu berbeda. Pada sisi timur mulai dari masyarakat Indonesia purba (3000 – 2000 SM) hingga perang Makasar (1645 – 1668). Pada sisi selatan mulai dari Perang Pattimura (1817) hingga Taman Siswa (3 Juli 1922). Pada sisi barat mulai dari Muhammadiyah (18 November 1912) hingga kegiatan gereja katolik dalam proses penyatuan bangsa (1947). Sedangkan pada sisi utara menceritakan mulai dari gerilya dalam perang kemerdekaan Indonesia (1945 – 1949) hingga Penentuan pendapat rakyat Irian Barat (1969). Selain itu juga terdapat 3 diorama yang menceritakan mengenai KTT Non Blok, deklarasi Timor-Timur dan alih teknologi.

PELAJARI:  Perbedaan Antara Angin Muson Timur dan Barat
 

Berikut kami paparkan beberapa diorama yang ada di Monas:

1. Diorama masyarakat Indonesia purba

masyarakat indonesia purbaPada zaman megalithikum sudah hidup dalam masyarakat teratur. Peninggalan budaya tersebar di seluruh Indonesia, antara lain ditemukan di Pasemah, Busiki, Gilimanuk dan Cabenge yang berkembang antara 2000 SM – 500 SM. Hasil budaya Megalithikum yang terpenting adalah alat serpih, menhir, dolmen, sarcophagus, kubur batu, punden berundak-undak dan arca.

2. Diorama Bandar Sriwijaya, Abad 7-13

bandar sriwijaya abad 7-13Terletak pada jalur pelayaran antaran Indonesia, Cina dan India, berperan penting dalam kegiatan perdagangan sehingga menguntungkan bagi Kerajaan Sriwijaya. Kapal-kapal asing banyak berlabuh dan pendeta-pendeta Budha dari Cina sering singgah dan menetap untuk waktu yang lama memplejarai agama Budha bandar Sriwijaya akhirnya berkembang menjadi pusat niaga dan budaya.

PELAJARI:  Lubuk Laut Beserta Contohnya

3. Diorama Candi Borobudur, 824

Borobudur didirikan oleh raja Samaratungga dari keluarga Salendra dengan bantuan sumbangan para penganut agama Budaha secara gotong royong. Keseluruhan bangunan berbentuk stupa raksasa dan mencerminkan alam semesta. Dalam pembangunan candi, hampir dua ratus ribu kaki kubik batu dipergunakan. Sejumlah 504 area Budha dan 1555 stupa besar dan kecil melengkapi monumen Budha yang megah ini.

4. Diorama Bendungan Waringin Sapta

diorama bendungan waringin saptaSetelah Raja Arilangga berhasil menyatukan wilayah kekuasaannya kemakmuran rakya ditingkatkan. Kali Brantas dibendung dekat Kelagen untuk irigasi serta menanggulangi banjir. Rakyat setempat ditunjuk untuk memelihara bendungan dan sebagai imbalan daerah tersebut dibebaskan dari kewajiban membayar pajak. Akibatnya pelayaran Kali Brantas bertambah ramai dan pelabuhan Hujung Galuh menjadi pusat perdagangan antar pulau.

5. Diorama Candi Jawi Perpaduan Sivaisme – Budhisme 1292

PELAJARI:  Klasifikasi Cnidaria

Diorama Candi Jawi Perpaduan Sivaisme – Budhisme 1292Perpaduan Sivaisme dan Budhisme sebagai hasil sinkretisme dapat dilihat pada candi Jawi yang terletak di gunung Welirang di sebelah Barat Daya Pandakan. Candi ini dibangun pada masa raja Kartanegara, raja terakhir Singasari. Puncaknya berbentuk Ratnastupa, pada bagian atas terdapat arca Budha Aksobhya dan di bagian bawah arca Siva Mahadewa.

6. Sumpah Palapa, 1331

Setelah Gajah Mada berhasil menyelesaikan Perang Sadeng 1331, maka untuk membela keutuhan Negara Majapahit dia bersumpah tidak akan makan Palapa sebelum Nusantara dapat dipersatukan. Sumpah Palapa adalah pendahulu cita-cita persatuan Indonesia yang kemudian diperjuangkan oleh perintis kemerdekaan sejak tahun 1908.

7. Armada perang Majapahit abad ke 14

Diorama Armada Perang Majapahit Abad ke 14Sepeninggal Gajah Mada, timbul kesulitan dalam pemerintahan Hayam Wuruk. Pemerintah yang baru berusaha untuk mempertahankan keutuhan Nusantara dengan mengambil tindakan yang ditujukan kepada kemakmuran rakyat dan keamanan daerah-daerah. hal ini dibuktikan dengan memperkuat armada perang untuk menjaga keutuhan Nusantara dan mengatasi usaha pengacauan antara lain oleh armada Cina.