Tokoh Penjelajah Muslim

ASTALOG.COM – Selain penjelajah-penjelajah dari Eropa yang terkenal, ternyata ada juga tokoh penjelajah muslim yang juga terkenal. Beliau adalah Ibnu Batutah yang berasal dari Maroko. Ibnu Batutah melakukan penjelajahannya atas dorongan Sultan Maroko. Ia mendiktekan perjalanan pentingnya kepada seorang sarjana bernama Ibnu Juzay yang ditemuinya ketika sedang berada di Iberia. Perjalanannya ini terjadi sekitar abad ke-14.

KISAH PERJALANAN IBNU BATUTAH

 

Di usianya yang sekitar 20 tahun, Ibnu Batutah menunaikan ibadah Haji sekaligus ziarah ke Mekah. Setelah selesai, ia melanjutkan perjalanannya hingga melintasi 120.000 kilometer sepanjang dunia Muslim atau sekitar 44 negara modern pada saat itu. Perjalanannya ke Mekah melalui jalur darat, menyusuri pantai Afrika Utara hingga tiba di Kairo. Pada titik ini ia masih berada dalam wilayah Mamluk, yang relatif aman.

Pada saat itu, ada 3 jalur yang umum digunakan menuju Mekah, dan ia memilih jalur yang paling jarang ditempuh, yaitu melalui pengembaraan menuju sungai Nil, dilanjutkan ke arah timur melalui jalur darat menuju dermaga Laut Merah di ‘Aydhad. Tetapi, ketika mendekati kota tersebut, ia dipaksa untuk kembali dengan alasan pertikaian lokal.

PELAJARI:  Kalimat Simpleks dan Kompleks Rumah Tanpa Jendela
 

Ketika kembali ke Kairo, ia menggunakan jalur kedua, yaitu ke Damaskus (yang selanjutnya dikuasai Mamluk) atas saran dari seseorang yang ditemuinya di perjalanan pertama, bahwa ia hanya akan sampai di Mekah jika telah melalui Suriah. Keuntungan lain ketika memakai jalur pinggiran adalah ditemuinya tempat-tempat suci sepanjang jalur tersebut, seperti Hebron, Yerusalem, dan Betlehem, dan bahwa penguasa Mamluk memberikan perhatian khusus untuk mengamankan para peziarah.

Setelah menjalani Ramadhan di Damaskus, ia bergabung dengan suatu rombongan yang menempuh jarak sekitar 800 mil dari Damaskus ke Madinah, tempat dimakamkannya Nabi Muhammad SAW. 4 hari kemudian, ia melanjutkan perjalanannya ke Mekah. Setelah melaksanakan rangkaian ritual haji, sebagai hasil renungannya, ia kemudian memutuskan untuk melanjutkan penjelajahannya. Tujuan selanjutnya adalah Il-Khanate (sekarang Iraq dan Iran).

Dengan bergabung dalam suatu rombongan, ia pun melintasi perbatasan menuju Mesopotamia dan mengunjungi najaf, tempat dimakamkannya khalifah ke-4, Ali bin Abi Thalib. Dari sana, ia melanjutkan ke Basrah, lalu Isfahan, yang hanya beberapa dekade jaraknya dengan penghancuran oleh Timur. Kemudian Shiraz dan Baghdad.

Di sana ia bertemu Abu Sa’id, pemimpin terakhir Il-Khanate, dan untuk sementara mengembara bersama rombongan penguasa, kemudian berbelok ke utara menuju Tabriz di Jalur Sutra. Kota ini merupakan gerbang menuju Mongol, yang pada saat itu merupakan pusat perdagangan penting.

PELAJARI:  Sistem Ekonomi di Masa Demokrasi Terpimpin

Setelah perjalanan ini, ia kembali ke Mekah untuk Haji kedua, dan tinggal selama setahun sebelum kemudian menjalani penjelajahan kedua melalui Laut Merah dan pantai Afrika Timur. Persinggahan pertamanya adalah Aden, dengan tujuan untuk berniaga menuju Semenanjung Arab dari sekitar Samudera Indonesia. Akan tetapi sebelumnya, ia memutuskan untuk melakukan petualangan terakhir dan mempersiapkan suatu perjalanan sepanjang pantai Afrika.

Dengan menghabiskan waktu sekitar seminggu di setiap tempat tujuannya, ia berkunjung ke Ethiopia, Mogadishu, Mombasa, Zanzibar, Kilwa, dan beberapa daerah lainnya. Penjelajahan yang dilakukannya dengan kapal mengikuti perubahan arah angin dan akhirnya kembali ke Arab selatan. Setelah menyelesaikan petualangannya, sebelum menetap, ia berkunjung ke Oman dan Selat Hormuz. Setelah selesai, ia berziarah ke Mekah lagi.

PELAJARI:  Bentuk-bentuk Piramida Penduduk dan Cirinya

Setelah setahun di sana, ia memutuskan untuk mencari pekerjaan di Kesultanan Delhi. Untuk keperluan bahasa, ia mencari penterjemah di Anatolia. Kemudian di bawah kendali Turki Saljuk, ia bergabung dengan sebuah rombongan menuju India. Pelayaran laut dari Damaskus mendaratkannya di Alanya yang sekarang merupakan pantai di selatan Turki. Dari sini ia berkelana ke Konya dan Sinope di pantai Laut Hitam.

Catatan penjelajahan terakhirnya adalah ia menyeberangi Laut Hitam, dan tiba di Kaffa, di Crimea, dan memasuki tanah Golden Horde. Dari sana ia membeli kereta dan bergabung dengan rombongan Ozbeg, Khan dari Golden Horde, dalam suatu perjalanan menuju Astrakhan di Sungai Volga.