Fase Historiografi Kolonial

ASTALOG.COM – Historiografi kolonial tidak terlepas dari kepentingan penguasa kolonial untuk mengokohkan kekuasaan di Indonesia. Kepentingan itu mewarnai interpretasi mereka tehadap suatu peristiwa sejarah yang tentunya akan berlawanan dengan historiografi sejarah nasional.

Perlu ditambahkan, pemerintahan Hindia Belanda yang dikendalikan oleh para Gubernur Jenderal (GB) melalui para ahli begitu aktif menulis karya sejarah. Atau dengan kata lain, historiografi kolonial adalah karya tulis sejarah yang ditulis oleh para sejarawan kolonial ketika pemerintahan kolonial berkuasa di Indonesia, seperti dilansir dari laman Penasejarah.com.

 

Kartodirdjo (1995) mengemukakan historiografi kolonial sudah mendasarkan pada tradisi studi sejarah kritis. Namun demikian, perspektif yang menonjol masih menunjukkan Neerlandosentrisme sebagai penyempitan wawasan Eropasentris.

Asal mulanya karya sejarawan Belanda terutama mengisahkan perjalanan pelayar-pelayar Belanda serta kemudian perkembangan VOC dilanjutkan dengan pemerintah kolonial beserta penguasa-penguasanya. Dalam hal ini kita menjumpai penulisan sejarah berdasarkan tradisi historiografi konvensional yang lebih berupa riwayat orang-orang berkuasa, antara lain Gubernur Jendral, raja-raja, panglima, dan sebagainya. Sebuah model sejenis historiografi ini adalah karya W.F. Stapel, Geschiedenis van Nerlands-Indie.

PELAJARI:  Kelenjar yang Terdapat pada Sistem Endokrin
 

Dalam historiografi kolonial Belanda diciptakan juga berbagai mitos untuk menonjolkan superioritas bangsa Belanda terhadap bangsa Indonesia. Inti cerita sejarah dari Historiografi Kolonial adalah bangsa Belanda, oleh sebab hanya Belandalah yang dipandang penting di Hindia Belanda. Hal ini jelas dari istilah Hindia Belanda atau Hindia Nederland yaitu daerah Hindia (Indonesia) yang “dimiliki” oleh Belanda. Bangsa Belanda sebagai “pemilik” memandang diri pribadinya sebagai yang dipertuan dan sebagai bangsa yang termulia, sehingga bangsa Indonesia hanya mendapat gelar “bumi putera” atau orang negeri. Kita tidak dipandang sebagai suatu bangsa, tetapi hanya sebagai sejenis manusia yang berguna bagi Belanda. Dalam mitos Hindia Belanda dibuat kesan bahwa seakan-akan kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia secara apriori sudah dimulai pada tahun 1596. Perang-perang kolonial pada abad ke-19 terhadap daerah-daerah yang menentang untuk mempertahankan kehidupan masyarakat dan kebudayaan dimitoskan dengan disebut “pasifikisi”.

Pengertian Historiografi Kolonial

Historiografi kolonial adalah karya sejarah (tulisan sejarah) yang ditulis pada masa pemerintahan kolonial berkuasa di Indonesia, yaitu sejak zaman VOC (1600) sampai masa Pemeritahan Hindia Belanda yang berakhir ketika tentara pendudukan Jepang datang di Indonesia (1942).

PELAJARI:  Jenis-jenis Erupsi dari Gunung Berapi

Menurut Gamapenta.blogspot.co.id, historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah yang membahas masalah penjajahan Belanda atas bangsa Indonesia oleh Belanda. Penulisan tersebut dilakukan oleh orang-orang Belanda dan banyak di antara penulis-penulisnya yang tidak pernah melihat Indonesia. Sumber-sumber yang dipergunakan ialah dari arsip negara di negeri Belanda dan di Jakarta (Batavia); pada umumnya tidak menggunakan atau mengabaikan sumber-sumber Indonesia.

Contoh Karya Historiografi Kolonial

Contoh karya historiografi kolonial yang paling popular adalah sebuah buku yang ditulis oleh Raffles dengan judul History Of Java. Karya lainnya adalah karya-karya yang ditulis H.J. de Graaf dengan judul: Geschiedenis van Indonesia (Sejarah Indonesia). Karya B.H.M. Vleke dengan judul: Geschiedenis van den Indischen Archipel (Sejarah Nusantara). Karya G. Gonggrijp dengan judul: Schets ener aconomische Geschiedenis van Nederlands-Indie (Sejarah Ekonomi Hindia Belanda).

Karakteristik Historiografi Kolonial

Karakteristik historiografi kolonial adalah sebagai berikut:

1) Belanda Sentrisme atau Neerlando Sentrismus artinya sejarah Indonesia di tulis dari sudut pandang kepentingan orang-orang Belanda yang sedang berkuasa (menjajah) di Indonesia saat itu.
2) Eropasentrisme, artinya selain ditulis dari sudut pandang kepentingan orang Belanda, ditulis juga sesuai dengan kepentingan bangsa Eropa pada umumnya.
3) Mitologisasi artinya banyak kejadian yang tidak didasarkan pada kejadian yang sebenarnya. Interpretasi dari jaman kolonial cenderung untuk membuat mitologisasi dari dominasinya, dengan menyebut perang-perang kolonial sebagai usaha pasifikasi daerah-daerah, yang sesungguhnya mengadakan perlawanan untuk mempertahankan masyarakat serta kebudayaannya.
4) Ahistoris artinya orang Belanda dianggap sebagai manusia paling sempurna dalam berbagai kehidupan di Nusantara, peran mereka ditulis dalam historiografi Kolonial sampai berlembar-lembar sementara peran rakyat pribumi sebagai pemilik sangat sederhana dan dituangkan dalam halaman yang sangat minim. Sejarawan kolonial menganggap bahwa rakyat pribumi sebagai non-faktor dalam sejarah. Contoh historiografi Kolonial dalam buku Sejarah Hindia Belanda sebagai berikut: Zaman purbakala dan Hindu (25 Halaman), Penyiaran Islam dan bangsa Portugis di Indonesia (8 halaman), VOC-kongsi dagang Belanda (152 halaman) dan pemerintah Belanda (150 halaman).