Satelit di Planet Mars

ASTALOG.COM – Planet Mars yang namanya diambil dari nama dewa perang Yunani, yaitu Ares (Mars) merupakan planet yang didominasi dengan warna kemerahan. Itulah sebabnya planet ini sering dijuluki sebagai “planet merah” karena jika dilihat dari kejauhan, planet ini akan berwarna kemerah-merahan. Warna merah yang mendominasinya disebabkan karena keberadaan besi (III) oksida di permukaannya. Jika dilihat dari dekat, planet Mars nampak berbatu dengan lapisan atmosfer yang tipis. Di permukaannya terdapat kawah, gunung berapi, lembah, gurun, dan tudung es. Periode rotasi dan siklus musim di planet Mars sebenarnya mirip dengan planet Bumi. Hal yang spesial dari planet Mars, karena di planet ini terdapat gunung Olympus, yaitu sebuah gunung tertinggi di tata surya. Demikian pula lembah terbesar di tata surya, yaitu Valles Marineris terdapat di planet Mars. Lalu di belahan utaranya terdapat cekungan Borealis yang meliputi sekitar 40% permukaan planet Mars.

PELAJARI:  Contoh Keanekaragaman Gen Beserta Alasannya

SATELIT DI PLANET MARS

 

Planet Mars memiliki 2 satelit alami dengan ukurannya yang relatif kecil. Kedua satelit itu adalah:

1) Phobos

 

Phobos adalah satelit yang mengorbit pada planet Mars di radius 6.000 km. Namanya diambil dari nama salah satu kuda yang dikendalikan oleh Ares (Mars) sang Dewa Perang. Phobos bisa diartikan “terbang” dalam bahasa Yunani. Saat ini, tidak ada satelit alam di tata surya yang mengorbit pada planet induknya dengan jarak sedekat ini. Setiap 100 tahun, Phobos semakin mendekati planet Mars dengan jarak sekitar 1,8 m. Diperkirakan dalam waktu 50 juta tahun lagi, Phobos akan mengakhiri hidupnya dengan menabrak Mars, dimana gravitasi dari planet Mars akan merenggut dan mencabik Phobos. Selanjutnya, akan terbentuk cincin yang mengelilingi planet Mars dari potongan Phobos.

Terdapat sebuah kawah besar di Phobos selebar 10 km yang dinamakan Stickney. Di kawah ini berisi debu dengan batu-batu besar yang terlihat menggelinding di permukaannya. Phobos memiliki lapisan tebal regolith atau debu dan batuan dengan ketebalan sekitar 100 m. Diduga bahwa Regolith ini berasal dari batuan ruang angkasa yang ditarik oleh gravitasi Phobos, lalu hancur berkeping dan sebagian besar berwujud serbuk. Sementara itu, terjadi perbedaan temperatur yang sangat mencolok di Phobos, dimana pada bagian yang terkena cahaya matahari memiliki suhu seperti di daerah subtropis saat musim dingin di Bumi, lalu bagian yang gelap memiliki temperatur sekitar -112°C.

PELAJARI:  Landasan Hukum Impeachment di Indonesia

2) Deimos

Seperti halnya Phobos, Deimos juga diambil dari nama salah satu kuda yang dikendalikan oleh Ares (Mars). Dalam bahasa Yunani, Deimos berarti “rasa takut yang amat sangat”. Satelit ini ditemukan oleh Asaph Hall pada 12 Agustus 1877. Deimos memiliki ukuran yang lebih kecil disbanding Phobos dengan diameter berkisar 15 km. Meskipun begitu, orbitnya berjarak lebih jauh pada planet Mars, yaitu sekitar 20.000 km. Posisi ini membuat Deimos cenderung lebih stabil dan tidak mendekat pada planet Mars seperti halnya Phobos. Hal ini disebabkan karena sebagian besar permukaannya tertutupi oleh debu tipis, sehingga detail relief permukaannya tidak begitu terlihat. Deimos mengorbit pada planet Mars bersama-sama dengan Phobos meskipun memiliki kecepatan rotasi yang jauh lebih lambat daripada Phobos.