Bentuk Kesusasteraan Indonesia : Prosa

ASTALOG.COM – Selain puisi, salah satu bentuk kesusasteraan Indonesia adalah Prosa. Prosa mengandung pengertian sebagai sebuah bentuk karangan bebas yang tidak terikat oleh banyaknya baris, banyaknya suku kata, serta tidak terikat oleh irama dan rima seperti halnya dalam puisi. Menurut masanya, prosa dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

A. PROSA LAMA

 

Prosa lama merupakan salah satu jenis prosa yang terdiri dari:

  1. Hikayat adalah prosa lama yang mengisahkan tentang kehidupan raja-raja atau dewa-dewa.
  2. Panji adalah prosa lama yang berisi cerita atau kisah tentang 44 kerajaan di pulau Jawa, yaitu Kerajaan Jenggala, Kediri, Ngurawan, dan Singasari.
  3. Cerita Berbingkai adalah cerita yang di dalamnya ada lagi cerita.
  4. Tambo adalah cerita sejarah yang tidak sepenuhnya mengandung kebenaran.
  5. Dongeng adalah cerita yang lahir dari khayalan pengarangnya. Dalam hal ini, dongen dapat dibedakan menjadi:
  • Dongeng Lucu adalah sebuah dongeng atau cerita yang isinya menggelikan.
  • Fabel adalah dongeng yang bercerita tentang binatang.
  • Sage adalah dongeng yang mengandung sejarah.
  • Legenda adalah dongeng yang mengada-ada atau berlebihan yang dihubungkan dengan kenyataan yang terjadi di alam semesta.
PELAJARI:  Jelaskan Tentang Bagaimana Proses Penyebaran Berita Proklamasi

B. PROSA BARU

 

Jika prosa lama lebih berisi cerita khayalan, maka prosa baru merupakan jenis cerita yang lebih berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang sering terjadi di sekitar kita. Prosa baru terdiri dari:

1) Roman

Roman adalah cerita yang melukiskan kehidupan manusia, baik perbuatan lahir, maupun peristiwa-peristiwa batinnya. Berdasarkan isinya, roman dapat dibedakan atas:

  1. Roman Bertenden adalah roman yang mempunyai tujuan atau tendensi tertentu.
  2. Roman Masyarakat adalah roman yang menceritakan kehidupan masyarakat dengan segala persoalannya.
  3. Roman Sejarah adalah cerita roman yang dijalin dengan menghubungkan kejadian dan tahun-tahun sejarah sehingga ceritanya seolah-olah benar terjadi. Selain itu, tokoh utama dalam cerita ini biasanya mengambil dari seorang tokoh penting dalam sejarah yang kemudian diceritakan tentang kisah hidupnya dan segala persoalannya.
  4. Roman Jiwa adalah roman yang tidak hanya melukiskan peristiwa, tetapi terutama melukiskan tingkah laku dan tindak tanduk tokoh utamanya yang didasarkan pada latar kejiwaannya.
  5. Roman Detektif adalah roman yang tema ceritanya berhubungan dengan kejahatan.
  6. Roman Adat adalah cerita yang memperlihatkan pertentangan antara kaum tua dan kaum muda yang mempertentangkan adat.
  7. Roman Picisan adalah nama sindiran untuk cerita roman yang berisi cerita tidak bermutu.
PELAJARI:  Sejarah Awal Penemuan Mesin Ketik

2) Novel

Novel merupakan salah satu bentuk prosa baru yang beraliran realisme (kenyataan) dan kadang-kadang naturalisme (alamiah). Dalam novel, yang diceritakan biasanya hanya sebagian dari hidup tokoh cerita, yaitu bagian hidup yang merubah nasibnya.

3) Cerpen (Cerita Pendek)

Cerpen adalah semacam cerita rekaan yang sering dijumpai pada media cetak, di mana dalam cerpen, pergolakan jiwa tokoh utama tidak harus mengakibatkan perubahan nasib tokoh pelakunya.

4) Kisah

Dalam kesusasteraan modern, kisah sama saja dengan cerita biasa, yaitu menceritakan tentang suatu hal.

5) Biografi dan Otobiografi

Biografi adalah catatan riwayat hidup yang ditulis oleh orang lain, sedangkan otobiografi adalah catatan riwayat hidup yang ditulis oleh diri sendiri.

PELAJARI:  Selaput pada Kaki Bebek

6) Drama

Drama adalah cerita yang berbentuk skenario lengkap, dimana semuanya telah diuraikan secara rinci oleh penulis drama, misalnya kalimat-kalimat yang harus diucapkan oleh pemain, sikap, dan gerak-gerik yang harus dimainkan oleh pemain, sekaligus juga tempat adegan dalam cerita drama yang diuraikan secara rinci oleh penulisnya. Drama dibagi atas beberapa bagian yang disebut babak, dan babak dibagi pula atas adegan.

7) Esai dan Kritik

Esai adalah suatu kupasan atau pembicaraan tentang obyek kebudayaan atau seni. Peninjauan objek itu sendiri berdasarkan pandangan penulis esai tersebut. Itulah sebabnya esai bersifat subyektif. Dalam hal ini, penulis esai tidak mengubah sesuatu, tetapi ia hanya membicarakan sautu hasil cipta karya orang lain. Sementara itu, kritik bersifat obyektif, di mana penulis mengemukakan kebaikan maupun kekurangan dari tulisan yang dikritiknya sehingga kritikan itu bisa diterima oleh semua pihak, baik penulis yang dikritiknya maupun orang lain yang membaca tulisan penulis dan kritikannya.