Bagaimana Cara Kerja Vaksin?

ASTALOG.COM – Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar, dilansir dari laman Infoimunisasi.com.

Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasilhasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker).

 

Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Ada beberapa jenis vaksin. Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi reaksi kekebalan tanpa menimbulkan penyakit.

Sistem Kekebalan Tubuh

 

Menurut Klinikvaksinasi.com, untuk memahami bagaimana vaksin bekerja, kita perlu memahami bagaimana tubuh melawan penyakit. Ketika kuman, seperti bakteri atau virus, menyerang tubuh, mereka menyerang dan memperbanyak diri. Serangan ini disebut infeksi, dan infeksilah yang menyebabkan penyakit. Sistem kekebalan tubuh menggunakan beberapa alat untuk melawan infeksi. Darah mengandung sel darah merah, untuk membawa oksigen ke jaringan dan organ-organ lainnya, darah juga mengandung sel kekebalan tubuh atau sel darah putih, untuk memerangi infeksi. Sel-sel darah putih ini terutama terdiri dari limfosit B, limfosit T dan makrofag.

PELAJARI:  Sebutkan 3 Lapisan Kulit Manusia

• Makrofag adalah sel darah putih yang menelan dan mencerna kuman, memakan sel-sel mati. Makrofag meninggalkan bagian dari kuman menyerang disebut antigen. Tubuh mengidentifikasi antigen sebagai benda berbahaya dan merangsang tubuh untuk menyerang mereka.
• Antibodi memusnahkan antigen dengan bantuan makrofag. Antibodi diproduksi oleh sel darah putih yang bernama Limfosit B.
• Limfosit T adalah tipe sel darah putih yang berguna untuk menyerang. Mereka menyerang sel tubuh yang telah terinfeksi.
Pertama kali tubuh bertemu dengan kuman, membutuhkan waktu beberapa hari untuk membuat senjata yang dapat digunakan untuk memenangkan infeksi tersebut. Setelah infeksi tersebut, tubuh akan menyimpan memori untuk melawan kuman serupa jika ada kuman lain yang serupa masuk. Tubuh akan menyimpan banyak Limfosit T yang disebut dengan sel Memori yang dapat bertindak dengan cepat jika tubuh dimasuki kuman yang sama. Ketika antigen yang sudah dikenali terdeteksi, Limfosit B memproduksi antibodi untuk melawan kuman.

PELAJARI:  Hewan Dari Filum Apa Yang Dapat Digunakan Untuk Obat Tifus?

Cara Kerja Vaksin

Dilansir dari laman Amazine.co, pada dasarnya, vaksin memberi tubuh semacam “bocoran” karakteristik bakteri, virus, atau racun tertentu sehingga memungkinkan tubuh untuk belajar bagaimana cara mempertahankan diri.

Jika tubuh pada akhirnya diserang oleh patogen tertentu setelah vaksin diberikan, maka sistem kekebalan tubuh sudah siap untuk melawan serangan tersebut.

Kebanyakan vaksin diberikan dalam bentuk suntikan atau cairan yang dikonsumsi melalui mulut.

Namun, beberapa vaksin diberikan dengan cara dihirup dalam bentuk aerosol atau bubuk.

Mayoritas vaksin mengandung virus atau bakteri yang telah dilemahkan atau dibunuh.

Sedangkan vaksin jenis lain mengandung racun yang dilemahkan. Meskipun merupakan agen penyebab penyakit, vaksin bersifat aman bagi tubuh dan tidak menyebabkan penyakit.

Ketika patogen lemah atau yang telah mati diperkenalkan ke dalam aliran darah, sel B tubuh akan langsung bekerja.

PELAJARI:  Bakteri Coccoid, Penyebab Infeksi Vagina

Sel B adalah sel-sel yang bertanggung jawab memerangi patogen penyebab penyakit.

Setelah sel B dirangsang untuk bertindak, antibodi kemudian terbentuk sehingga tubuh mengembangkan kekebalan terhadap patogen tertentu.

Setelah seseorang menerima vaksin dan memiliki kekebalan, dia biasanya akan terlindungi seumur hidup.

Namun, terkadang vaksin tidak memberikan kekebalan seumur hidup. Sebagai contoh, beberapa vaksin, seperti tetanus dan pertusis, hanya efektif untuk waktu terbatas.

Dalam kasus tersebut, pengulangan pemberian vaksin diperlukan untuk mempertahankan perlindungan. Dosis vaksin penguat diberikan pada interval tertentu setelah vaksinasi awal.

Di lain pihak, ada vaksin yang harus diberikan secara teratur. Sebagai contoh, vaksin flu harus diberikan setiap tahun akibat banyaknya strain flu.

Vaksin yang diberikan pada tahun tertentu umumnya hanya memberikan perlindungan terhadap strain tertentu dari virus flu, tapi ketika terjadi lagi musim flu tahun depan, vaksinasi terhadap strain baru mungkin diperlukan.

Selain itu, vaksin flu tidak memberikan perlindungan seumur hidup. Setelah satu tahun, efektivitas perlindungan mungkin telah jauh berkurang.