ASTALOG.COM – Salah satu nama Raja yang terkenal dari sejarah salah satu Kerajaan besar di Indonesia adalah Raja Kudungga. Raja Kudungga yang terkenal merupakan seorang Raja yang mendirikan Kerajaan Kutai Martadipura dengan gelar Maharaja Kudungga Anumerta Dewawarman, yang memerintah sekitar tahun 350 Masehi atau abad ke-4 Masehi. Kerajaan Kutai Martadipura sendiri merupakan sebuah kerajaan bercorak Hindu di nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Dari sini bisa diketahui jika Raja Kudungga menganut agama Hindu, karena kerajaan yang dipimpinnya merupakan kerajaan bercorak Hindu.
Di masa awal kepemimpinannya, sebenarnya Kudungga belum sepenuhnya berkedudukan sebagai Raja, melainkan sebagai pemimpin komunitas atau kepala suku. Pada masa itu, Kutai Martadiputa belum mempunyai sistem pemerintahan yang teratur dan sistematis. Kutai Martadipura sendiri terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Penggunaan nama Kutai diberikan oleh para ahli berdasarkan nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut.
SEKILAS TENTANG BUKTI SEJARAH DARI KERAJAAN KUTAI MARTADIPURA DAN RAJA KUDUNGGA
Perlu diketahui jika tidak banyak peninggalan sejarah yang ditinggalkan Kerajaan Kutai Martadipura. Meskipun begitu, peninggalan sejarahnya menjadi bukti tertua di antara kerajaan-kerajaan lainnya yang pernah ada di bumi Nusantara. Penemuan yang paling diandalkan sebagai sumber yang menyatakan bahwa Kutai Martadipura adalah Kerajaan tertua di nusantara adalah yupa.
Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh kaum Brahmana atas kedermawanan Raja Mulawarman yang pada saat itu menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana. Jumlah yupa yang ditemukan di Muara Kaman adalah sebanyak 7 buah yupa. Menurut hasil kajian yang dilakukan oleh J.G. de Casparis, yupa-yupa di kawasan Muara Kaman diduga kuat sebagai peninggalan peradaban Kerajaan Kutai Martadipura yang ditemukan berturut-turut pada tahun 1879 dan 1940.
Lalu siapakah Raja Mulawarman?
Raja Mulawarman yang juga merupakan salah satu Raja di Kerajaan Kutai Martadipura adalah putra dari Raja Aswawarman. Raja Aswawarman merupakan putra dari Raja Kudungga. Jadi, Raja Kudungga adalah kakek dari Raja Mulawarman, sang putra mahkota yang terkenal itu.
Hal ini semakin diperkuat dengan ditemukannya prasasti yang terdapat pada salah satu yupa yang ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Sansekerta. Diduga bahwa huruf yang dipahatkan pada yupa tersebut berasal dari akhir abad ke-4 atau awal abad ke-5 M. Semua tugu batu tersebut dikeluarkan atas titah seorang pemimpin yang diketahui bernama Maharaja Mulawarman Naladewa. Mulawarman diduga kuat adalah orang Indonesia karena nama kakeknya, yaitu Kudungga yang merupakan nama asli dari Nusantara.
Keyakinan bahwa Raja Kudungga adalah orang Indonesia asli didasarkan pada penyelidikan bahwa Kudungga jelas bukan nama yang berbau India, meski nama-nama keturunannya, yaitu Aswawarman dan Mulawarman, mengandung unsur nama India. Dalam hal ini, sejarawan Poesponegoro dan Notosusanto menyatakan bahwa terdapat nama Bugis yang mirip dengan penyebutan Kudungga, yaitu Kadungga. Kemiripan nama ini ditengarai bukan hanya kebetulan belaka mengingat di Sulawesi Selatan juga ditemukan beberapa prasasti yang hampir sama dengan apa yang ditemukan di Kerajaan Kutai Martadipura.
Selanjutnya mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan besar, baik Kudungga yang menamakan anaknya sebagai Aswawarman maupun Aswawarman sendiri yang mempunyai anak bernama Mulawarman, berkeinginan menyamakan derajat mereka atau keturunan mereka agar sejajar dengan kaum ksatria yang ada di India. Kemungkinan ini didasarkan pada kenyataan yang menyebutkan bahwa kata “Warman” berasal dari bahasa Sansekerta yang biasanya digunakan untuk akhiran nama-nama orang di India bagian selatan. Selain itu, dalam tradisi Hindu yang berasal dari India, sistem sosial masyarakat terbagi atas kelas-kelas yang dikenal dengan tingkatan kasta di mana kalangan ksatria atau bangsawan kerajaan termasuk dalam kasta terhormat.