ASTALOG.COM – Nabi Musa dilahirkan di Negeri Mesir pada masa pemerintahan Raja Firaun, ibunya bernama Yukabad dan ayahnya bernama Imran bin Yashar. Raja Firaun seorang Raja yang lalim dan kejam. Waktu itu dikeluarkan undang-undang apabila ada bayi lahir laki-laki, harus dibunuh dan apabila lahir bayi wanita dibiarkan hidup saja.
Ketika Musa lahir, ibunya takut sekali, ia khawatir Musa akan dibunuh tetapi Allah SWT memberikan ilham agar bayi itu ditaruh di dalam peti kemudian dihanyutkan ke sungai Nil. Akhirnya, peti yang berisi bayi itu ditemukan oleh Asyiyah istri Firaun. Asyiyah memohon kepada suaminya agar bayi itu tidak dibunuh, tetapi dijadikan anak angkat saja.
Setelah Musa dewasa, ia tidak senang melihat kekuasaan Firaun yang sewenang-wenang. Bahkan Firaun telah menganggap dirinya sebagai Tuhan. Untuk memberantas kekejaman Firaun, Allah SWT mengangkat Musa menjadi Nabi dan Rasul. Nabi Musa menerima wahyu dan kitab suci Taurat. Sebagai seorang utusan Allah beliau diberi Mukjizat. Pengikut Nabi Musa semakin banyak sehingga Raja Firaun tambah khawatir. Nabi Musa dan pengikutnya dikejar-kejar sampai ke tepi laut merah.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 73 yang berbunyi : “Lalu Kami berfirman, Pukullah mayat itu dengan sebagian anggota sapi betina itu. Demikian Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti”.
Nabi Musa As. Kembali Ke mesir Dan Menghadap Fir’aun
Dalam perjalanan kembali ke Mesir bersama keluarganya, Nabi Musa mendapatkan wahyu dari Allah SWT. Dimana peristiwa itu terjadi dan diabadikan dalam QS. Al-Qashash ayat 29-32.
Ketika sampai di Mesir, beliau mengajak Fir’aun untuk kembali ke jalan yang benar seraya menunjukkan kedua mukjizatnya yang baru ia peroleh dari Allah SWT. Melihat itu, Fir’aun sangat murka dan memanggil semua tukang sihirnya agar bertanding dengan Nabi Musa.
Namun kemenangan berada di pihak Nabi Musa, sehingga para tukang sihir Fir’aun mengakui kebenaran ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa As. Selain itu, Siti Asiah juga beriman kepada Nabi Musa. Maka bertambahlah murka Fir’aun sehingga ia menghukum mati para tukang sihirnya dan menyiksa istrinya hingga menemui ajalnya.
Tenggelamnya Fir’aun Di Laut Merah
Nabi Musa beserta pengikutnya dikejar oleh Fir’aun dan tentaranya hingga di tepi laut merah. Sampai disanalah Nabi Musa dan para pengikutnya kebingungan karena menemui jalan buntu sedangkan mereka sudah terkepung oleh Fir’aun dan tentaranya. Maka turunlah firman Allah untuk menolongnya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
al-Baqoroh ayat 50
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan”. (QS. Al-Baqoroh : 50)
Dalam peristiwa itulah Allah mewahyukan kepada Nabi Musa As. agar memukulkan tongkatnya ke permukaan laut, kemudian Nabi Musa segera memukulkan tongkatnya dan tiba-tiba air laut itu terbelah menjadi dua bagian yang sekaligus di tengah-tengah (belahan) itu menjadi jalan yang bisa dilewatinya dan para pengikutnya.
Tidak lama kemudian Fir’aun dan bala tentaranya menyusul melewati jalan tersebut sambil merasa takut. Kemudian setelah Nabi Musa dan pengikutnya sampai di daratan, maka Allah memerintahkan kepada Nabi Musa agar secepatnya memukulkan tongkatnya ke lautan dan seketika itu pula Nabi Musa memukulkan tongkatnya, lalu tiba-tiba air lautan yang terbelah itu kembali menjadi air laut seperti semula, maka tenggelamlah raja Fir’aun dan bala tentaranya di laut merah.