ASTALOG.COM – Dalam bahasa indonesia, Dhomir adalah ‘kata ganti’. Seperti ‘aku’, ‘kamu’, ‘kita’ dan ‘dia’. Dhomir dalam bahasa arab ada 14. Sedangkan dalam bahasa inggris dan bahasa Indonesia jumlah kata ganti hanya 7.
Dhomir adalah Isim Mabni, yaitu Isim yang tidak berubah harokat akhirnya baik dalam keadaan rofa, nashob maupun jarr sehingga kalau di i’rob nanti begini: “Fii mahalli rof’in/jarrin/nashbin” [menempati kedudukan rofa’/ jarr/ nashob]. Hanya menempati kedudukan, tapi harokat akhir tidak berubah
Contoh Dhomir
1. Mutakallim : أَنَا (Saya) dan نَحْنُ (Kami).
2. Mukhotob : أَنْتَ (Kamu) dan أَنْتُمْ (Kalian).
3. Ghaib : هُوَ (Dia) dan هُمْ (Mereka).
Dhomir ada yang menempati kedudukan rofa’, nashob dan jarr. Rofa’ sebagai mubtada’, khobar, fa’il atau naibul fa’il, isim kaana; Nashob sebagai maf’ul bihi dan isim inna; dan jarr sebagai mudhof ilayhi dan majrur karena didahului huruf jar. Tidak ada dhomir yang menempati kedudukan Jazm karena dhomir adalah isim dan isim tidak ada yang majzum. Apa itu rofa’, nashob, jarr, jazm? baca ini dulu.
Pembagian Dhomir
Dhomir secara sederhana terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Al-Bariz, yaitu Dhomir yang mempunyai bentuk dan tampak dalam lafazh. Seperti huruf Taa’ pada kata kerja قُمْتُ (Aku telah berdiri).
2. Al-Mustatir, yaitu Dhomir yang tidak mungkin tampak dalam lafazh akan tetapi bisa diperkirakan apa yang dimaksud.
Seperti Dhomir أَنْتَ (Kamu) dalam kata قُمْ (Berdirilah!) yang meskipun tidak nampak dalam lafazh namun kita bisa perkirakan bahwa Dhomir yang dimaksud adalah أَنْتَ karena kata perintah pasti ditujukan untuk orang kedua.
Pembagian Dhomir Bariz
Al-Bariz dari segi bersambung dan tidaknya terbagi menjadi dua:
1. Al-Muttashil, yaitu Dhomir yang bersambung dengan lafazh sebelumnya. Lebih jelas kita katakan bahwa Dhomir jenis ini tidak mungkin digunakan untuk mengawali ucapan dan juga tidak mungkin terletak setelah harf إِلاَّ (Kecuali).
Seperti: huruf Yaa’ pada kata اِبْنِيْ (Anakku) dan huruf Kaaf pada kata أَكرَمَكَ (Ia memulyakanmu).
Dhomir-dhomir seperti ini tidak mungkin ada di awal kalimat seperti kalau kita paksa mengatakan كَ ضَرَبْتُ dengan maksud “Engkaulah yang aku pukul,” maka ini adalah kalimat yang salah dalam bahasa Arab.
Begitupula tidak mungkin Dhomir-dhomir seperti ini berada setelah harf إِلاَّ (Kecuali) seperti kalau kita paksa mengatakan إِلاَّكَ dengan maksud “Kecuali kamu,” maka susunan inipun merupakan susunan yang salah dalam bahasa Arab.
2. Al-Munfashil, yaitu Dhomir yang tidak bersambung dengan lafazh apapun sehingga bisa digunakan untuk mengawali ucapan dan bisa diletakkan setelah harf إِلاَّ (Kecuali).
Contoh: أَناَ (Saya) yang bisa digunakan untuk mengawali ucapan seperti: أَنَا مُؤْمِنٌ (Saya seorang mu’min) atau bisa juga diletakkan setelah harf إِلاَّ (Kecuali) seperti: مَا قَامَ إِلاَّ أَنَا (Tidak berdiri kecuali saya).
Pembagian jenis-jenis Al-Mustatir
Al-Mustatir terbagi menjadi dua:
1. Al-Mustatir yang wajib, yaitu yang tidak mungkin digantikan oleh Isim Zhahir (Isim biasa yang bukan Dhomir) ataupun Dhomir Munfashil.
2. Al-Mustatir yang boleh, yaitu yang bisa digantikan oleh Isim Zhahir (Isim biasa yang bukan Dhomir) ataupun Dhomir Munfashil.